Dim sum adalah salah satu warisan kuliner paling ikonik dari Tiongkok Selatan, khususnya dari wilayah Kanton (Guangdong). Hidangan ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menyimpan sejarah panjang yang erat kaitannya dengan tradisi sosial dan budaya masyarakat Kanton. Melalui artikel ini, kita akan menelusuri jejak sejarah dan tradisi kuliner dim sum, serta bagaimana ia berkembang menjadi bagian dari wisata kuliner dunia.
Asal Usul Dim Sum: Dari Jalur Sutra ke Rumah Teh
Dim sum, yang dalam bahasa Kanton berarti "sentuhan hati", awalnya merupakan makanan kecil yang disajikan di rumah teh sepanjang Jalur Sutra. Para pedagang dan pelancong yang melewati jalur perdagangan kuno ini sering berhenti untuk beristirahat dan menikmati teh bersama hidangan ringan. Tradisi ini kemudian berkembang di wilayah Kanton pada masa Dinasti Song (960–1279 M), di mana dim sum menjadi bagian dari budaya makan masyarakat setempat. Hidangan ini biasanya disajikan dalam porsi kecil, seperti dumpling kukus, pangsit, dan kue-kue manis, yang cocok dinikmati bersama teh panas dalam tradisi yang dikenal sebagai "yum cha".
Tradisi Yum Cha: Ritual Pagi yang Menggugah Selera
Yum cha, yang berarti "minum teh" dalam bahasa Kanton, adalah tradisi menikmati dim sum bersama teh panas, biasanya di pagi hari. Tradisi ini telah ada sejak 100–150 tahun lalu dan menjadi bagian penting dari kehidupan sosial masyarakat Kanton. Pada pagi hari, keluarga dan teman-teman berkumpul di restoran dim sum untuk menikmati hidangan sambil bersosialisasi. Bagi banyak orang, yum cha bukan sekadar makan, tetapi juga kesempatan untuk berinteraksi dan mempererat hubungan sosial.
Ragam Dim Sum: Variasi yang Memikat Selera
Dim sum mencakup berbagai jenis hidangan kecil yang disajikan dalam porsi bite-size. Beberapa jenis dim sum yang populer antara lain:
-
Har Gow: Dumpling udang kukus dengan kulit tipis dan transparan.
-
Siu Mai: Dumpling daging babi atau udang yang dibungkus dengan kulit tipis dan disajikan dengan taburan ikan teri.
-
Cha Siu Bao: Roti kukus isi daging babi manis.
-
Xiao Long Bao: Dumpling berisi sup panas yang meleleh saat digigit.
Setiap jenis dim sum memiliki cita rasa dan teknik penyajian yang berbeda, mencerminkan kekayaan kuliner Kanton yang beragam.
Penyebaran Dim Sum ke Seluruh Dunia
Pada abad ke-19 dan ke-20, imigran Tiongkok membawa tradisi dim sum ke berbagai belahan dunia, termasuk ke Asia Tenggara, Amerika, dan Eropa. Restoran dim sum mulai bermunculan di kawasan seperti Chinatown di San Francisco, New York, dan London. Di Indonesia, dim sum telah menjadi bagian dari budaya kuliner lokal, dengan berbagai variasi yang disesuaikan dengan selera masyarakat setempat.
Dim Sum dalam Wisata Kuliner Modern
Saat ini, dim sum tidak hanya dinikmati di restoran tradisional, tetapi juga menjadi bagian dari wisata kuliner modern. Banyak wisatawan yang menjadikan pengalaman menikmati dim sum sebagai salah satu agenda utama dalam perjalanan mereka ke kota-kota besar seperti Hong Kong, Guangzhou, dan Singapura. Restoran dim sum yang terkenal sering kali menjadi destinasi wisata kuliner yang wajib dikunjungi, menawarkan pengalaman bersantap yang autentik dan menggugah selera.
Kesimpulan
Dim sum lebih dari sekadar hidangan; ia adalah cerminan dari tradisi, budaya, dan semangat kebersamaan masyarakat Kanton. Melalui sejarahnya yang panjang dan ragam hidangannya yang menggugah selera, dim sum telah menjadi bagian integral dari kuliner dunia. Bagi para pecinta kuliner dan wisatawan, menikmati dim sum adalah cara yang sempurna untuk merasakan kehangatan dan kelezatan budaya Kanton.